Kotlin merupakan sebuah bahasa pemrograman yang bisa ditargetkan untuk berbagai macam platform (Multiplatform) dan juga memiliki beberapa paradigma (Multiparadigm). Oleh karena itu, kita perlu tahu apa maksud dari Multiplatform dan Multiparadigm tersebut. Mari kita bahas satu per satu.
Multiparadigm
Mungkin sebagian dari kita masih asing dengan istilah multiparadigm di dunia programing. Menurut Wikipedia, programming paradigm adalah sebuah cara untuk mengklasifikasikan bahasa pemrograman berdasarkan fitur yang dimilikinya.
Paradigma
disini berkaitan dengan bagaimana kode dalam sebuah bahasa pemrograman
diatur, seperti mengelompokkan kode atau memodifikasinya. Lebih
tepatnya, seperti apa struktur kode bisa diterapkan pada bahasa
pemrograman tersebut.
Terdapat beberapa paradigma yang umum dimiliki oleh sebuah bahasa pemrograman.
Ketika kita ingin mengklasifikasikan bahasa pemrograman berdasarkan cara penulisan sintaksnya, object-oriented programming (OOP) dan functional programming (FP) merupakan 2 (dua) paradigma yang terkenal di kalangan developer.
Dari
sisi konstruksi, Kotlin sendiri mencakup keduanya. Anda bisa
menggunakan gaya OOP maupun FP, bahkan mencampurnya saat menuliskan
sintaks Kotlin. Dengan dukungan tinggi untuk fitur-fitur seperti higher-order function, function types, dan lambda, Kotlin adalah pilihan yang tepat untuk Anda mengeksplorasi functional programming. Hampir semua General Purpose Language sekarang sudah mendukung multiparadigm. Untuk lebih jelasnya, mari kita bahas satu per satu kedua paradigma tersebut.
Object-oriented Programming
Suatu
bahasa pemrograman bisa diklasifikasikan ke dalam OOP jika data dan
metode yang digunakan untuk memanipulasinya disimpan sebagai satu unit
yang bisa disebut dengan objek. OOP memiliki fitur enkapsulasi yang
sempurna.
Lebih
lanjut, satu-satunya cara yang bisa digunakan agar objek atau pengguna
lain dapat mengakses suatu data adalah dengan metode objek.
Dengan demikian, cara kerja suatu objek dapat diubah tanpa mempengaruhi kode lain yang menggunakan objek tersebut.
Kotlin
memberikan dukungan yang luas untuk mengembangkan program berorientasi
objek. Di dalam OOP kita akan mengenal beberapa konsep seperti object, classes, properties, constructor, dll.
Dengan
OOP kita bisa memecahkan persoalan yang kompleks menjadi set yang lebih
kecil dengan membuat objek. Objek tersebut memiliki 2 (dua)
karakteristik utama, yaitu state (keadaan) dan behaviour (perilaku).
Kita
akan membahas mengenai komponen-komponen OOP pada Kotlin secara lebih
mendalam pada modul tersendiri. Sebagai pembuka, mari kita perhatikan
contoh berikut:
- Sepeda motor adalah sebuah objek. Sepeda motor memiliki 2 (dua) roda yang mana bisa kita sebut sebagai states. Sepeda motor bisa melaju, bisa direm, bisa juga berganti gigi. Nah, ketiga hal tersebut bisa kita sebut sebagai behaviour.
- Kuda adalah sebuah objek. Kuda memiliki nama, warna, dan juga jenis yang mana merupakan states dari Kuda. Kuda bisa berlari, makan, dan lain sebagainya. Inilah yang kita sebut sebagai behaviour.
Sebuah objek seperti sepeda motor juga bisa memiliki objek-objek kecil di dalamnya, misalnya roda, rem, body, mesin dll.
Semuanya
bisa saling berhubungan dan berinteraksi. Selain itu, OOP juga berdasar
pada konsep Message Passing, yakni sebuah tipe komunikasi antara proses
dan objek. Itulah gambaran sederhana konsep OOP yang akan kita
pelajari.
Functional Programming
Ada begitu banyak persepsi mengenai functional programming. Setiap
persepsi tergantung siapa yang mengartikannya. Seorang F-sharp
programer akan mengartikan FP sebagai apa yang ada pada F-sharp.
Demikian halnya Swift programer akan mengartikan FP sebagai apa yang ada pada Swift.
Namun kita bisa menyimpulkan bahwa semua bahasa pemrograman yang mendukung first-class citizen termasuk ke dalam FP. First-class citizen sendiri merupakan sebuah entitas yang mendukung semua operasi yang umumnya tersedia untuk entitas lain.
Sebagai contoh, sebuah fungsi yang bisa dilewatkan sebagai parameter.
Functional programming merupakan paradigma yang sedang hype di kalangan developer saat ini.
Paradigma ini memperlakukan komputasi sebagai evaluasi fungsi matematika dan menghindari perubahan keadaan atau state dan data yang bisa berubah. Dalam FP, pemrograman dilakukan dengan expression atau declaration.
Sehingga sebuah fungsi menghasilkan nilai yang hanya bergantung pada argumen yang diteruskan ke fungsi tersebut.
Menghilangkan
efek seperti perubahan state yang tidak tergantung pada fungsi input,
dapat membuatnya lebih mudah untuk memahami dan memprediksi behaviour sebuah program. Inilah tujuan utama dari functional programming.
Masih banyak developer yang langsung membayangkan OOP ketika mendengar kata “Kotlin”.
Padahal seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Kotlin merupakan multiparadigm language. Kotlin memiliki beberapa fitur yang memiliki gaya functional programming, walaupun tidak sepenuhnya functional programming.
Mengapa
demikian? Sesungguhnya Kotlin adalah sebuah bahasa pemrograman
berorientasi objek yang memiliki struktur fungsional. Ini artinya Kotlin
juga merupakan sebuah functional programming language.
Functional programming juga
bertujuan untuk mempermudah kita memahami sebuah kode. Ide dibalik FP
adalah menambahkan dan mengurangi hal tertentu untuk membuat kode kita
sedikit lebih mudah dipahami.
Kotlin memiliki banyak fitur menarik yang membuatnya bisa disebut dengan functional programming seperti higher-order function, function types, extension functions, lambda, dll.
Kita akan membahas kembali mengenai functional programming pada Kotlin dan fitur-fitur tersebut pada modul tersendiri.
Multiplatform

Kotlin merupakan sebuah multiplatform programming language. Kotlin bisa digunakan untuk mengembangkan aplikasi dalam berbagai platform.
Namun
sebenarnya tujuan dari multiplatform pada Kotlin sendiri tidak sekedar
itu. Kotlin memiliki tujuan yang lebih penting, yaitu berbagi kode antar
platform.
Dengan dukungan untuk JVM, Android, JavaScript, iOS, Linux, Windows, macOS dan bahkan embedded system seperti STM32, Kotlin mampu mengatasi komponen apapun yang terdapat pada aplikasi modern.
Banyak developer kira multiplatform artinya
membuat sebuah proyek dan langsung bisa dijalankan di atas semua
platform. Tidak salah, namun tahukah Anda jika model seperti itu
memiliki beberapa kekurangan?
Sebuah
aplikasi modern pasti akan membutuhkan akses ke fitur-fitur tertentu
pada platform yang menjalankannya. Misalnya mengakses fitur pada ponsel
seperti gyroscope, motion, GPS dan lain sebagainya.
Melakukan hal tersebut menggunakan framework multiplatform (cross platform) tentunya tak semudah menggunakan bahasa pemrograman khusus untuk platform tertentu (Native). Misalnya Android menggunakan Java atau Kotlin dan iOS menggunakan Swift atau Objective-C.
Belum lagi ketika membahas masalah performa, native pasti jauh lebih unggul dari cross platform.
Kotlin menawarkan konsep multiplatform yang sedikit berbeda. Dengan model code-sharing yang ada, memungkinkan Anda untuk mengelompokkan beberapa kode sesuai fungsi masing-masing.
Sebagai contoh, membuat modul A yang berisi kumpulan kode yang dapat diakses oleh semua platform, modul B yang berisi kode spesifik untuk platform tertentu, dan modul C yang ditargetkan untuk platform tertentu namun juga memiliki ketergantungan ke modul lain.
Perhatikan diagram berikut:

Kurang
lebih seperti itulah gambaran dari modul yang bisa kita buat pada
project Kotlin multiplatform. Modul tersebut dapat kita bagi menjadi 3
(tiga) bagian berikut:
- Common ModuleModul ini berisi kode yang tidak spesifik ke platform apa pun. Kita bisa menempatkan komponen-komponen yang bisa digunakan oleh semua modul pada modul ini.
- Platform ModulePada modul ini kita bisa menambahkan komponen tertentu yang spesifik untuk satu platform. Biasanya modul ini merupakan implementasi dari common module.
- Regular ModuleMerupakan modul umum yang menargetkan platform tertentu. Modul ini bisa dependen atau pun menjadi dependensi dari platform module.
Kotlin pun telah menyiapkan beberapa library khusus untuk mendukung proyek multiplatform, di antaranya adalah HTTP, serialization dan coroutines. Semua library tersebut bisa kita terapkan pada common module dan kemudian diakses oleh modul lainnya. Anda pun tetap bisa menggunakan Kotlin standard library pada semua modul. Tentunya ini akan sangat membantu memudahkan proses pengembangan aplikasi.
Pada
akademi ini kita tidak akan mempraktikkan aplikasi Kotlin Multiplatform
secara langsung pada sebuah proyek. Melainkan, kita balik ke fokus awal
akademi ini yaitu "Memulai Pemrograman dengan Kotlin". Jika Anda penasaran dengan implementasi Kotlin Multiplatform, Anda bisa mempelajarinya pada tautan berikut:
JetBrains juga memiliki beberapa contoh proyek yang bisa kita pelajari untuk menerapkan Kotlin Multiplatform:
Dokumentasi resmi dari Kotlin Multiplatform bisa Anda lihat pada tautan ini
0 Comments