
Pada tahun 2010 lalu JetBrains memulai sebuah proyek open-sources baru. Proyek ini merupakan sebuah bahasa pemrograman statically typed yang menargetkan JVM, Android, JavaScript dan Native. Kotlin -nama sebuah pulau di Rusia- menjadi inspirasi oleh tim pengembang untuk ditetapkan sebagai nama bahasa pemrograman tersebut.
Mungkin
karena pulau tersebut terletak tidak jauh dari markas tim programer
JetBrains, yaitu Saint Petersburg, Rusia. Bahasa Kotlin pertama kali
dirilis pada bulan Februari 2016 dengan versi 1.0. Saat ini sudah
mencapai versi 1.3.60 per rilis 18 November 2019.
Di
balik kemajuan pesatnya Kotlin, terdapat pengembang - pengembang hebat
dan kreatif dari JetBrains. Kotlin dikembangkan oleh lebih dari 50
developer pimpinan Andrey Breslav.
Mereka semua terinspirasi dari bahasa pemrograman yang sudah ada
seperti Java, Scala, JavaScript, C# dan juga Groovy. Apa yang
membedakan? Salah satunya, JetBrains memastikan bahwa Kotlin sangat
mudah dipelajari.
Karena tergolong proyek open-sources, Kotlin dapat bebas kita gunakan secara gratis. Kotlin dikembangkan di bawah lisensi Apache 2.0 dan kode sumbernya bisa Anda akses di laman GitHub-nya. Kita pun bisa berkontribusi dengan mengirimkan pull request ke repository-nya.
Kotlin
dapat digunakan untuk berbagai macam pengembangan aplikasi, baik itu
server atau backend, website, maupun mobile Android. Bahkan saat ini
tengah dikembangkan Kotlin/Native. Apa
uniknya? Kotlin/Native memungkinkan developer untuk menggunakannya
sebagai bahasa pemrograman dalam pengembangan aplikasi di platform lain
seperti embedded system, desktop, macOS, dan iOS. Bahkan tak menutup kemungkinan Kotlin juga bisa digunakan untuk data science dan machine learning. Menarik, bukan?
Dukungan tools untuk Kotlin , sangat kuat. Kita bisa dengan mudah menggunakan Kotlin pada IDE seperti IntelliJ IDEA, Android Studio, Eclipse, dan NetBeans. Anda pun bisa menggunakan perintah terminal untuk mengkompilasi dan menjalankan Kotlin. Begitu pula untuk build tools. Pada JVM kita bisa menggunakan Gradle, Maven, Ant, atau Kobalt. Tersedia juga beberapa build tools yang menargetkan JavaScript.
Sebagaimana dijelaskan, kita bisa menargetkan Kotlin ke beberapa target. Kotlin akan menghasilkan bytecode yang berbeda sesuai dengan targetnya. Ketika menargetkan JVM, Kotlin akan menghasilkan bytecode yang
kompatibel dengan Java. Kemudian ketika menargetkan JavaScript, Kotlin
akan melakukan transpile ke ES5.1 dan menghasilkan kode yang kompatibel
dengan sistem modul termasuk AMD dan CommonJS. Sedangkan untuk native,
Kotlin akan menghasilkan kode yang spesifik dengan platformnya melalui LVVM.
0 Comments